Kamis, 04 Juni 2009

Ide untuk Menulis Puisi

TIPS MENEMUKAN IDE UNTUK MENULIS PUISI

Oleh: Agung Pranoto



Banyak di antara kita yang menyenangi sastra, khususnya puisi. Di sisi yang lain, minat terhadap puisi sudah mulai ada, tetapi keinginan menulis puisi, terkadang masih dihadapkan pada banyak kendala. Kendalanya mulai dari bagaimana menangkap ide, bagaimana menuliskan ide, dan bagaimana puisi yang ditulis itu menjadi bagus.

Kiat menemukan ide
Ide merupakan unsur vital dalam puisi atau tulisan apa pun. Sebab, tanpa ada ide kita tidak bisa menulis apa-apa. Ibarat orang naik sepeda motor yang tanpa memiliki tujuan, jadinya ya hanya keliling tanpa arah dan tujuan yang jelas.

Cara 1. melakukan pengamatan

Mengamati segala sesuatu yang ada di sekitar kita, merupakan salah satu cara menemukan ide. Ingat bahwa lingkungan sekitar kita merupakan sumber ide yang tidak habis-habisnya digali. Misal, ketika kita menaiki sepeda motor keliling-keliling kota, pasti kita menjumpai lampu traffict light. Saat itu mata kita pasti terbelalak menyapu sesuatu yang tampak di sekitar lampu 'stopan'. Misal kita memandang seorang atau beberapa pengemis yang ada di sekitar itu. Apa yang kita rasakan ketika melihat anak-anak kecil mengemis? Atau apa yang kita rasakan ketika melihat pengemis tua-renta, kakinya cacat?
Sebagai orang yang 'tanggap' terhadap hal tersebut, tentu pikiran dan perasaan kita menjadi 'trenyuh', iba, dan kasihan. Dari rasa itu ketika tengah malam kita endapkan dan batin kita ikut merasakan denyut kehidupan itu, tentu dapat kita tarik garis bawah bahwa pengamatan itu menghasilkan suatu ide. Lantas, saat itu juga hati, pikiran, dan tangan kita tergerak untuk mengabadikan ide itu ke dalam tulisan, misalnya puisi. Lalu kita buat puisi seperti berikut:

PAK TUA

denyut kota dan hingar-bingar asap
merambati raut mukamu, Pak Tua
keletihan keningmu yang telanjang
telah terbakar oleh panas kehidupan
yang seakan tak terhiraukan

kepingan demi kepingan telah merenda
dan kaleng yang kau hidangkan di depanmu
menjulurkan tangan-tangan yang telah iba
: "ini tanda kasihku, Pak Tua!"

Cara 2. mendengar cerita dari teman (orang lain)

Informasi dari orang lain juga merupakan sumber ide atau sumber ilham. Tidak menutup kemungkingan, cerita dari kawan atau orang lain itu menghadirkan pengalaman puitik yang menarik untuk dituangkan ke dalam puisi. Suatu misal, teman dekat curhat tentang kekasih yang sangat dicintainya secara tiba-tiba, tanpa ada masalah apa-apa, meninggalkan dirinya atau berpaling dengan yang lain. Si kawan itu bisanya menangis melulu karena tidak mampu mengalihkan perasaan cintanya. Hal itu merupakan ide. Idenya ditarik ke sebuah pemikiran bahwa ketika berpacaran itu kalau memang belum jodoh juga tak akan kekal. Siapa tahu perpisahan tersebut akan berbalik malah mendapatkan jodoh yang lebih diidealkan. Hal tersebut lalu dituangkan ke dalam bentuk puisi.

KASIH

telah kau rajutkan benang menjadi kain kehidupan
begitu anggun bagai embun yang menetesi kerutnya kening
tapi kenapa kau robek sendiri kain yang telah kau rajut
menjadi cerai-berai dan sirnalah harum wewanginya?

kasih,
pernahkah kau mengeja sebotol madu
yang telah kita saring dari bunga-bunga taman kita?
mungkinkah ini sebuah titian menuju kebahagiaan?
ataukah akan menetaskan kuning telor kehidupan?
entahlah!

Cara 3. Pengalam hidup

Pengalaman hidup sendiri terkadang bila direnungkan kembali bisa menrenyuhkan dan mungkin bisa membuat hati ini menjadi lebih sakit. Bila itu yang terjadi, rekamlah pengalaman pahit itu ke dalam puisi agar kita tidak terlalu kalut dengan hal tersebut. Misalnya, kita memiliki pengalaman pahit pernah berzina. Saat yang lain kita menyadari bahwa perbuatan yang telah kita lakukan itu sangat berdosa dan sangat tidak disenangi oleh Sang Maha Penguasa. Saat kesadaran itu timbul maka merupakan katarsis yang menarik bila kita kembali bertaubat.

ELEGI MALAM HARI

telah kutapaki jalan berliku
bahkan sangat terjal
yang telah menjungkalkan
nafasku ke dalam lumpur api-Mu

gairah yang telah engkau berikan
tak sebanding dengan bunga
yang kutanam di depan rumah

ya, allah, ya robii
mengapa tidak engkau ingatkan aku
agar menapaki jalan beraspal
yang menyamankan laju kehidupan?